Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2019

Halo Desember

Gambar
  Baru saja selesai mencicil pekerjaan. Lumayan lega rasanya meskipun masih belum selesai semuanya setidaknya bisa mengurangi. Tentu aku tidak akan menceritakan mengenai pekerjaanku. Tepat, sekarang pukul 00.00 masuk bulan Desember. Detik ini mulai dengan 1 Desember 2021. Sebelum aku menulis kesana kemari, aku hanya ingin mengucap syukur atas apa yang sudah berani aku jalani, terlewati. Ya, meskipun masih terasa sakit rasanya luka ini tapi setidaknya ia mampu bersahabat dengan waktu untuk terus berjalan, melanjutkan hidup. Terima kasih, luka, sudah menemaniku sejauh ini. Terima kasih waktu sudah mengizinkanku untuk merasakannya. Terima kasih untuk diri sendiri meskipun aku tahu perihnya saat ini yang masih harus aku tanggung tapiiiii semua akan berlalu. Mungkin besok saat aku bangun tidur? Atau lusa saat aku pulang ke ruang sepi? Minggu depan? Bulan depan, saat lantunan piano Holy Night mulai sering terdengar? Tahun depan? Tahun depannya lagi? Entahlah, kapanpun itu, silakan atur saja

Tantangan Komunitas ASEAN dalam Dinamika Politik Global

A.     Pendahuluan             Pendahuluan ini mencoba menyoroti perubahan arsitektur regional di Asia Tenggara terhadap tantangan kontemporer politik dan ekonomi. Perubahan ini juga menjadi penguji bagi komunitas ASEAN menghadapi tantangan integritasnya dalam dinamika politik regional maupun global. Begitu banyak pekerjaan rumah bagi komunitas ASEAN untuk menjalankan komitmen bersama. Integritas ASEAN tidak bisa dilepaskan begitu saja dengan integrasi para anggota ASEAN. Integrasi kerja sama ini juga yang menjadi perhatian penulis, sejauh mana perkembangan konsep kerja sama anggota-anggota di regional dalam mewujudkan tujuan komunitas ASEAN: menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan Asia Tenggara untuk pembangunan ekonomi kawasan?             Pertanyaan tersebut membuka diskursus kita untuk melihat progresifitas dan sentralitas kerja sama ASEAN dalam mewujudkan tujuannya. Pertanyaan di atas juga di tujukan untuk membatasi pembahasan dalam esai ini agar tidak melebar d

Geisteswissenschaften Wilhelm Dilthey sebagai Fondasi Studi Hubungan Internasional

Abstrak             Hubungan Internasional merupakan multi disiplin ilmu. Bagian penting dari disiplin Hubungan Internasional seperti studi Politik Global dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perubahan yang pesat sejalan dengan munculnya berbagai isu global yang sifatnya lintas batas negara. Posisi Geisteswissenschaften sebagai fondasi untuk menjaga nilai-nilai sosial kemanusiaan mempunyai dasar relevansi yang kuat bagi studi Hubungan Internasional. Dalam studi Hubungan Internasional ilmu kemanusiaan kadang-kadang akan menjadikan objek yang sama atau “fakta” yang sama seperti yang dipakai dalam ilmu alam, namun dalam konteks yang berbeda, di mana pemikir studi Hubungan Internasional mengacu pada pengalaman dalam manusia. Artinya, bahwa memahami studi Hubungan Internasional tidak bisa menggunkan satu aspek disiplin ilmu saja. Hubungan Internasional mencakup dimensi multi disiplin ilmu yang saling bertautan. Melalui penghayatan, ekspresi dan pemahaman, Geisteswissenschaften

KORINDO dalam Sinergisitas Pembangunan Sumber Daya Manusia: Membangun Beranda Indonesia

Gambar
      Salah satu visi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang tertuang dalam Nawa Cita (9 agenda prioritas) ketiga: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan” merupakan komitmen yang mencerminkan perhatian pemerintahan saat ini yang memprioritaskan pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Bukan persoalan yang mudah untuk membangun paradigma baru dalam memprioritaskan pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar karena begitu banyak yang harus di tata dan dipersiapkan. Namun keadilan sosial harus bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, terlebih lagi daerah tertinggal, terdepan, dan terluar adalah wajah depan Indonesia yang merupakan bagian dari kedaulatan negara oleh karena itu negara harus hadir dan melindungi segenap warga negara.  Tentu saja upaya tersebut di atas tidak bisa begitu saja dibebankan sepenuhnya kepada pemerintah. Sinergisitas antar pemerintah

Bentuk Kekerasan Atas Nama Agama (Terorisme) dan Upaya Rekonsiliasi

Gambar
Sumber: Dokumen pribadi Pendahuluan Dewasa ini masalah kekerasan atas nama agama telah menjadi salah satu wacana dan problem yang sangat provokatif, sensitif, dan menakutkan masyarakat. Sebagai sebuah wacana, kekerasan atas nama agama diperbincangkan dan dianalisis secara ilmiah dari perlbagai perspektif ilmu yang kompeten, termasuk dalam kajian terorisme. Dalam ruang publik, wacana ini diberitakan dengan gencar oleh pemberitaan media, entah cetak, elektronik, maupun media daring, dengan menampilkan tayangan berita dan gambar-gambar kekerasan yang dilakukan secara sadis oleh para pelaku. Meski demikian, akhir-akhir ini terjadi kekerasan-kekerasan yang dilakukan dengan melibatkan alasan-alasan religius atau kekerasan – jika kita boleh menyebutnya – atas nama Tuhan. Istilah “kekerasan atas nama Tuhan” menjelaskan aspek justifikasi dari tipe kekerasan ini. Kekerasan -  termasuk kekerasan atas nama agama – semestinya selalu dipandang sebagai sesuatu yang tidak berwajah tungga