Jurnal Peter
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Catatan ini aku mulai pukul 21.30 ketika bulan tergantung tenang di langit. Dari seberang jendela kamar udara dingin menyelimuti alam, kuyu seperti malam. Besok libur kerja tapi masih terjebak dalam kegelisahan untuk mengatur bagaimana berdiskusi dengan waktu.
sementara
kegelisahan terus berlanjut, mari biarkan tangan ini menekan tombol papan ketik
dengan sesuka hati. Beberapa minggu ini dalam lingkungan kerja sering terjadi
perdebatan yang sepele namun cukup intens.
Aku
berusaha memetakan bagaimana pola emosi dari beberapa sudut pandang itu muncul.
Sebenarnya menjadi hal yang lumrah terjadi pada hampir setiap tempat kerja
terjadi perselisihan. Namun, bagiku ini menjadi hal yang cukup menarik untuk
dipahami.
Ketika
seseorang yang merasa dalam posisi lemah dan tidak mampu untuk banyak mengubah
keadaan lingkungan, maka ada semacam, meminjam istilah Freud, mekanisme
defensif atau defense mechanism.
Defense mechanism bisa dimengerti sebagai pola
reaksi tak sadar yang dipekerjakan oleh ego untuk melindungi diri dari
kecemasan yang timbul dari konflik psikis. Seseorang yang berada dalam
mekanisme seperti ini berusaha mendistorsi kenyataan: upaya penyangkalan
realitas atau meniadakan kenyataan.
Dalam
kadar penggunaan yang wajar, mekanisme ini masih dianggap normal sebagai bentuk
pertahanan dalam kehidupan sehari-hari termasuk pemblokiran ancaman eksternal.
Akan tetapi dalam penggunaan yang berlebihan mekanisme ini dianggap patologis
atau mekanisme pelarian. Misalnya mengambil sikap berpindah atau melakukan
represi.
Aku
ambil satu batang rokok mild, aku bakar. Sementara tulisan ini aku biarkan
sejenak. Aku keluar kamar kosan sebab aku tak mau asap rokok mengepul penat di
dalam kamar kos. Lagian, aku juga memang sedang ingin merokok di tempat biasa,
di depan jendela kamar kosan sambil merasakan udara dingin malam.
Ternyata
bulan sudah tidak ada dalam jangkauan pandangan mata. Barangkali ia juga merasa
lelah dan beristirahat. Tapi udara semakin dingin dan langit tampak murung.
Bisa jadi pada tengah malam langit akan menangis, menumpahkan air hujan dan
jatuh tepat di depan halaman kosan. Barangkali ia sengaja untuk mendistorsi
ingatanku akan hujan di malam hari.
Mari
aku lanjutkan catatan di atas. Tentang penyangkalan kenyataan. Dalam
pengertian-pengertian di atas, pendapatku sendiri adalah bahwa dengan begitu
seseorang sedang berada dalam pertandingan untuk mendominasi atau
sekurang-kurangnya mempertahankan keberadaannya melalui mekanisme defensif.
Hanya
saja yang menjadi sedikit mengusik pikiran adalah upaya degradasi moral. Ketika
sebuah tindakan yang awalnya tidak terjadi perselisihan bisa aku pahami dengan
baik karena masih rasional. Namun, ketika terjadi tegangan psikis, dorongan
mekanisme defensif terjadi secara berlebihan, orang tersebut akan melakukan
upaya ‘rasionalisasi’ tindakannya. Dorongan ini dilakukan dengan mendistorsi
kenyataan atau melakukan upaya penyangkalan kenyataan. Leila Chudori dalam Laut
Bercerita menuliskan sebagai berikut: logika apapun akan digunakan untuk menghidupkan
penyangkalannya.
Memikirkan
ini jadi ikut merenungkan dengan pertanyaan bagaimana jika pada akhirnya aku
juga suatu saat nanti melakukan penyangkalan hanya untuk memenuhi ego diri
sedangkan di sana ada orang yang tidak seharusnya mendapatkan tanggung jawab
untuk perkara yang harus aku hadapi.
Tiba-tiba
rasa lapar menyerang. Sepertinya aku harus masak mie instan sebagai upaya
menghadapi kenyataan. Hehehe
Jakarta, 19 Oktober 2021
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar