Halo Desember

Gambar
  Baru saja selesai mencicil pekerjaan. Lumayan lega rasanya meskipun masih belum selesai semuanya setidaknya bisa mengurangi. Tentu aku tidak akan menceritakan mengenai pekerjaanku. Tepat, sekarang pukul 00.00 masuk bulan Desember. Detik ini mulai dengan 1 Desember 2021. Sebelum aku menulis kesana kemari, aku hanya ingin mengucap syukur atas apa yang sudah berani aku jalani, terlewati. Ya, meskipun masih terasa sakit rasanya luka ini tapi setidaknya ia mampu bersahabat dengan waktu untuk terus berjalan, melanjutkan hidup. Terima kasih, luka, sudah menemaniku sejauh ini. Terima kasih waktu sudah mengizinkanku untuk merasakannya. Terima kasih untuk diri sendiri meskipun aku tahu perihnya saat ini yang masih harus aku tanggung tapiiiii semua akan berlalu. Mungkin besok saat aku bangun tidur? Atau lusa saat aku pulang ke ruang sepi? Minggu depan? Bulan depan, saat lantunan piano Holy Night mulai sering terdengar? Tahun depan? Tahun depannya lagi? Entahlah, kapanpun itu, silakan atur saja

Triangular Theory of Love

Sekali peristiwa, ketika saya sedang berseluncur di salah satu platform media sosial, Pinterest, saya melihat ada laman rujukan tentang pola segitiga. Seketika rasa penasaran yang mendadak muncul dalam kepala untuk membuka tampilan tersebut. Benar, sebuah pola segitiga, dengan judul Triangular Theory of Love. Sebuah pola yang menjelaskan sebuah teori tentang cinta.

Gambar: pinterst/elitesingles


Setelah memperhatikan sekilas, Triangular Theory of Love ternyata merupakan teori tentang cinta yang digagas oleh salah seorang psikolog Amerika, Robert J. Sternberg. Beliau merupakan Professor of Human Development di Cornell University, New York. Kemudian saya mencoba menggali sumber-sumber terkait untuk melihat lebih luas dan dalam.

Lalu, apa yang menjadi motivasi dari tulisan ini? Selain untuk belajar tentang teori tersebut, saya juga hendak ingin melihat apakah mungkin jika kita “sowan” dalam ‘rumah teori’ tersebut dengan membawa sesuatu “dari luar” rumahnya.

Untuk itu, mari kita awali dengan melihat isi teori tersebut. Pertama-tama bahwa pemahaman tentang triangular di sini bukan dipahami sebagai sebuah bangun datar atau geometris, namun ini hanya sebagai metafora. Triangular di sini bahwa cinta dapat dipahami dalam tiga istilah atau komponen yang saling berkelindan yang jika ditarik garis lurus yang menghubungkan ketiga komponen tersebut maka akan membentuk simpul segitiga.

Ketiga komponen tersebut, yaitu intimacy, passion, commitment/decision. Mari kita ‘petani’ satu per satu.

Pertama, intimacy atau keintiman. Megacu pada Sternberg, keintiman berarti perasaan kedekatan (feeling of closeness), keterhubungan, dan keterikatan dalam hubungan cinta (connectedness and boundedness). Sebuah pengalaman kehangatan yang ditimbulkan dalam hubungan cinta. Sedekat dan seintim apa, silakan pembaca menguntai pengalamannya sendiri. Demikianlah simpul pertama.

Kedua, passion. Menarik kata ini ke Bahasa Indonesia mungkin akan muncul sebagai gairah atau nafsu. Sebagai referensi, saya meminjam Oxford Dictionary, passion dijelaskan sebagai a very strong feeling of love, hate, anger, enthusiasm. 

Dalam konteks ini artinya sebuah gairah yang mengarah pada dorongan romansa, ketertarikan fisik, kesempurnaan seksual, dan fenomena yang terkait dalam hubungan cinta. Selain itu, passion juga bisa dikatakan sebagai sumber motivasi dalam hubungan cinta. Umumnya kita sering mesam-mesem saat membayangkan doi atau ada janji temu di waktu mendatang dengan orang yang dicintai dan kita merasa tidak sabar. Atau apa pun yang berhubungan dengan kekasih membuat seorang pecinta merasa berbunga-bunga. 

Dalam konteks ini, passion juga dijelaskan untuk perasaan emosional yang negatif, misalnya sudah tidak memiliki gairah untuk beraktivitas ketika pujaan hati sudah pergi atau memilih yang lain. Mesakno, Dik. Demikianlah simpul kedua.

Ketiga, commitment/decision. Komitmen atau keputusan mengacu pada komitmen jangka pendek dan jangka panjang. Komitmen pada jangka pendek hanya pada batasan bahwa seseorang mencintai satu sama lain sedangkan keputusan jangka panjang berarti bahwa seseorang mempertahankan cintanya.

Di sini Sternberg memberikan dua argument menarik bahwa kedua komponen tersebut yaitu jangka pendek dan jangka panjang tidak harus berjalan semua atau bersamaan. Seseorang dapat memutuskan untuk mencintai seseorang tanpa berkomitmen pada cinta untuk jangka panjang, atau seseorang dapat berkomitmen pada suatu hubungan tanpa mengakui bahwa dia mencintai pasanganya dalam hubungan tersebut. Waduh! Demikian simpul ketiga.

Tampak sekilas bahwa ketiga simpul di atas hanya menjelaskan secara harfiah dari masing-masing simpul. Namun demikian saja kita sudah cukup terbantu memahami dalam mengidentifikasi jenis-jenis hubungan cinta secara parsial. Tentu saja bukan sampai di sini Triangular Theory of Love dipahami.

Tiga simpul berinteraksi satu sama lain. Pada tahap inilah usaha untuk memahami jalan pikiran Sternberg dalam gagasan teorinya mulai dibedah.


Dominasi Simpul

Kita sudah mendapatkan secara singkat pemahaman mengenai ketiga simpul: intimacy, passion, commitment/decision. Tidak ada urutan hirarki dalam simpul ini. Namun penting untuk dicatat, bahwa Sternberg juga membuka diri untuk memahami bahwa dalam kaitannya dari dominasi dan kombinasi ketiga simpul ini bukan berarti bahwa salah satu jenis cinta yang muncul adalah cinta yang murni.

Ketika simpul intimacy yang mendominasi tanpa adanya passion dan commitment maka ia merupakan pengalaman hubungan cinta yang sekadar menyukai (liking). Ia merupakan penikmat keintiman tanpa beban gairah dan sebuah keputusan untuk berkomitmen. Jika boleh bersepakat, liking di sini bisa diandaikan pada sebuah hubungan yang orientasinya merupakan tampilan luar (manners dan sex appeal).

Saat simpul passion yang mendominasi tanpa adanya pengaruh dari simpul yang lain maka ia mengalami jenis hubungan cinta yang tergila-gila (infatuation). Pada pengalaman hubungan cinta jenis ini, jika tidak dikendalikan dengan baik, besar kemungkinan menyimpang ke sikap hubungan yang ekstrem atau obsesif berlebihan.

Ketika seseorang memutuskan untuk berkomitmen tanpa adanya passion dan keintiman maka ia mengalami sebuah hubungan cinta yang kosong (empty love). Ini merupakan sebuah langkah yang aktif untuk menjaga sebuah hubungan. Namun, tanpa adanya gairah dan keintiman maka pengalaman cinta seperti ini hanya menjadi seperti sebuah ‘tugas’. Ini seperti sebuah ‘ancaman’ komitmen jangka panjang yang membuat hubungan melayang-layang. Akan tetapi Sternberg juga tidak menyangkal bahwa cinta juga sangat mungkin untuk dibangun melalui simpul ini.

Ketiga jenis cinta di atas merupakan pengalaman hubungan cinta yang hanya mendominasi tanpa kombinasi. Untuk selanjutnya kita akan melihat bagaimana jika simpul-simpul dikaitkan satu sama lain.


Kombinasi Simpul

Pengalaman hubungan cinta romantis (romantic love) merupakan kombinasi dari keintiman dan gairah. Dalam imajinasi saya, ketika pasangan pergi ke luar untuk menghabiskan malam entah dengan menonton atau pergi ke sebuah tempat makan dengan pencahayaan yang cukup. Setelah merasa cukup berada di luar dengan udara malam yang dingin lalu kembali ke rumah, minum wine lalu bercinta. Modyar ditikam imajinasi sendiri!

Kombinasi antara keintiman dan komitmen akan membuat pengalaman hubungan cinta pendamping (companionate love). Cinta jenis ini membuat ikatan emosional menjadi lebih kuat dari sekadar hubungan biasa. Namun, kurangnya kadar gairah, cinta jenis ini seringkali dikonstruksikan dari upaya pengaturan dan kenyamanan, hal ini mungkin terjadi karena pembiasaan bertahun-tahun.

Kombinasi selanjutnya adalah ketika bara api kegilaan gairah kawin dengan komitmen tapi tidak menyukai siapa orang yang dicintainya, bagi Sternberg ini merupakan cinta yang konyol (fatuous love). Di luar negeri, ada istilah whirlwind romances yang merupakan pengalaman cinta kilat, dalam konteks ini whirlwind romances bisa dikategorikan dalam cinta yang konyol. Kurangnya keintiman merupakan meredanya sebuah gairah, jenis hubungan seperti ini seringkali sulit untuk dipertahankan.

Ketika keintiman, gairah, dan komitmen bertemu maka pada titik inilah ia merupakan bentuk pengalaman cinta sempurna (consummate love). Ketiganya tentu tidak harus dalam ukuran yang sama, namun bentuk cinta yang ideal menurut Sternberg digambarkan dalam tiga simpul yang dikombinasikan. Semangat komitmen, perasaan nyaman akan keintiman, dan kegembiraan gairah merupakan tim yang baik untuk meluluskan cita-cita cinta.

Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui bentuk pengalaman cinta yang sempurna? Pada penarikan kombinasi simpul yang terakhir, seharusnya kita bisa memeriksa hubungan cinta.

Jakarta, 17 Agustus 2021


Komentar

  1. https://jovannachristie.blogspot.com/2021/08/jawaban-tik-jovanna-christie-9a.html

    BalasHapus
  2. https://tugastikkeisha9a.blogspot.com/2021/08/keisha-notes.html

    BalasHapus
  3. https://jaehyunie.blogspot.com/2021/09/banyak-pembuat-halaman-menggunakan-cms.html

    BalasHapus
  4. https://jolinnononn.blogspot.com/2021/09/karena-lebih-mudah-dan-pengerjaannya.html


    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Kekerasan Atas Nama Agama (Terorisme) dan Upaya Rekonsiliasi

Halo Desember

Seni Memahami: Hermeneutik Schleiermacher dan Dilthey (1)